Rumah Belajar

Jakarta Utara adalah bagian dari DKI jakarta, namun bila kita menelusuri lebih jauh dari wilayah Jakarta Utara, kita akan melihat banyak ketimpangan yang terjadi, seperti kemiskinan, pengangguran, anak-anak putus sekolah.

Persoalan anak-anak putus sekolah selama ini diupayakan pemerintah untuk diatasi, akan tetapi hingga kini belum ada tindakan maksmal.Sehingga pelibatan partipasi masyarakat dan penguaha dalam mengatasi hal ini menjadi sesuatu yang penting.

Berdasarkan data dari BPS tahun 2014, di Jakarta utara anak-anak yang mengalami putus sekolah ada 50 (lima puluh) anak. Jika diperhatikan pada tahun yang sama, berdasarkan data dari JSM, ada di Jakarta Utara yang telah didampingi mencapai 1.070 (seribu tujupuluh) anak. Berarti data BPS tersebut lebih rendah dari data yang dimliki oleh Jala Samudera. Bisa jadi angka ini merupakan angka permukaan, seperti fenomena gunung es, dimana dibawahnya lebih besar dari realitas yang nampak. Besaran angka yang tidak terlihat dan ada di bawah tersebut, tentunya patut dicermati.

Sebagai informasi, dalam periode 2015-2016, selama program berjalan, jumlah yang terekrut ada 1.122 anak, yang berasal dari tiga kecamatan di daerah Jakarta Utara. Sedangkan di tahun program 2016-2017, ada kenaikan jumlah perekrutan menjadi 1.235 anak yang terkerut dalam Rumah belajar.

Kebanyakan,anak-anak yang terekrut dalam Rumah belajar adalah anak-anak putus sekolah di usia SD hingga SMU/K. Kebanyakan dari keluarga miskin, meskipun kemiskinan tidak menjadi faktor penyebab satu-satunya anak putus sekolah. Masalah lain dikeluarkan dari sekolah karena dianggap melanggar peraturan, tidak dimilikinya dokumen (identitas) yang menjadi pelengkap persyaratan, dan ada yang tidak taha menjadi korban bulying di sekolah.

Dengan adanya program Rumah Belajar, setidaknya telah membawa anak-anak untuk mendapatkan kembali harapannya akan pendidikan. Melalui kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Rumah Belajar , anak-anak tersebut telah mendapatkan pengetahuan serta pengalaman baru selama berada di Rumah Belajar. Kepercayaan terhadap Rumah Belajar tidak hanya dari anak-anak, akan tetapi juga kepercayaan masyarakat terhadap Rumah belajar cukup besar. Tentunya ini menjadi modal untuk mengembangkan lagi Rumah belajar sebagai tempat untuk mendidik anak-anak yang lebih baik dan bervariatif.

TUJUAN

  1. Terpenuhinya hak anak putus sekolah di tiga kecamatan (Koja, Cilincing, Tanjungpriok) untuk mendapatkan kesempatan pendidikan.
  2. Terwujudnya Pendidikan yang lebih ramah anak, serta adanya bobot peningkatan ketrampilan melalui Rumah Belajar.
  3. Meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pendidikan bagi anak, terutama pada pendidikan dasar.

HASIL YANG INGIN DICAPAI

  1. Anak-anak di tiga kecamatan (Koja, Cilincing, Tanjungpriok) mendapat kesempatan pembelajaran yang mudah dan menyenangkan.
  2. Adanya Rumah Belajar yang lebih berorientasi pada peningkatan pengetahuan serta ketrampilan anak dalam pengembangan, serta mendukung pada usaha/ketrampilan kreatif anak, dalam mendukung pada pencapaian ekonomi kreatif.
  3. Terbangunnya kesadaran dan peningkatan pemahaman orang tua serta masyarakat mengenai pentingnya pendidikan anak.

ANALISA KEBUTUHAN

Dalam rangka untuk mencapai pada tujuan program, maka yang menjadi perhatiannya adalah sebagai berikut:

Anak-anak di tiga kecamatan (Koja, Cilincing, Tanjungpriok) mendapat kesempatan pembelajaran yang mudah dan menyenangkan.

Berdasarkan pengalaman dari Jala Samudera Mandiri selama menjalankan program Rumah Belajar, banyak harapan dari masyarakat untuk terus menyelenggarakan keberadaan Rumah belajar. Sebab tidak semua masyarakat bisa “menjangkau” kebutuhan pendidikan bagi anak-anaknya, sehingga pilihan alternatif yang mengetahuinya, memilih memasukkan ke Rumah Belajar. Pilihan ini didasarkan kepada kepercayaan masyarakat terhadap Rumah Belajar, sebagai tempat untuk menyemai pengetahuan bagi anak-anak mereka. Tidak sedikit anak-anak dari Rumah Belajar bisa melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, seperti di Perguruan Tinggi, atau bekerja sebagaimana yang mereka harapkan.

Untuk lebih memperluas cakupan dalam pemerataan kesempatan pendidikan bagi anak, maka Rumah belajar berupaya melakukan penyebaran yang lebih luas lagi, agar penerima manfaat dari program ini bisa dirasakan oleh anak-anak yang ada di Jakarta utara. Penyebaran informasi perlu dilakukan melalui brosur, spanduk atau media lainnya.

Untuk jumlah rekrutmen anak yang dilakukan oleh Rumah Belajar agar lebih efektif dalam proses pembelajarannya, masih menerapkan 100 anak untuk yang berada di tiga Rumah Belajar Pusat dan 30 anak untuk disetiap kelas jauh yang ada di tiga kecamatan.

Kegiatannya dalam pencapaian hasil adalah:

  1. Perekrutan Peserta baru baik untuk Pusat (300 anak) dan Kelas jauh (450 anak).
  2. Pendampingan anak-anak di rumah belajar
  3. Fasilitasi kegiatan anak dengan berbagai macam pelatihan.
  4. Memperkuat terbentuknya forum anak

Adanya Rumah Belajar yang lebih berorientasi pada peningkatan pengetahuan serta ketrampilan anak dalam pengembangan, serta mendukung pada usaha/ketrampilan kreatif anak, dalam mendukung pada pencapaian ekonomi kreatif.

Konsep pembelajaran yang dilakukan oleh Rumah Belajar selama ini telah berjalan, dengan lebih menitikberatkan pada kegiatan pembeljaran kesetaraan, dibanding dengan pembelajaran ketrampilan. Namun demikian, dalam satu tahun program berjalan, dari tiga Rumah Belajar yang ada sudah menemukan bentuk untuk mengembangkan diri sebagai tempat pembelajar ketrampilan bagi anak. Tentunya ini sebagai titik awal untuk mengembangkan lebih lanjut model pembelajaran yang menekankan pada aspek ketrampilan anak.

  1. Rumah belajar yang berada di Tanjung priok, saat ini lebih menonjolkan pada aspek advertising seperti sablon, dan berbagai pernak-pernik lainnya. Saat ini Rumbel priok sudah memproduk Kaos yang mulai dipasarkan, meski masih terbatas.
  2. Rumah belajar yang berada di Koja, saat ini menempatkan diri sebagai tempat ketrampilan komputer. Bahkan Rumah belajar yang ada di Koja sudah membuka layanan service untuk umum ditempat belajarnya, yang dipandu oleh tutor.
  3. Rumah belajar yang ada di Cilincing, saat ini sudah mulai fokus pada pembelajaran yang menitikberatkan pada ketrampilan berbahasa inggris.

Pola pembelajaran yang tersekmentasi pada bidang tertentu, diharapkan anak bisa mendalami lebih jauh terhadap pengetahuan yang dipelajarinya. Oleh karena itu, konsep Rumah belajar mulai dikebangkan hampir mirip dengan “sekolah kejuruan” yang berorientasi pada ketrampilan.

Pilihan terhadap konsep tersebut, tidak lepas dari pola kebijakan pemerintah dalam lima tahun mendatang yang lebih membuka luas akses bagi pengembangan ekonomi kreatif dan usahawan baru mikro. Dengan menyahuti tantangan tersebut, maka Rumah belajar juga ikut berbenah dalam mengembangkan diri untuk menjawab tantangan tersebut.

Untuk menuju pada aspek pengembangan ketrampilan, maka dibutuhkan beberapa perangkat penunjang bagi pencapaian tersebut. Oleh karena itu sarana dan prasarana menjadi penting untuk mendukung proses pembelajarannya, seperti peralatan untuk workshop ketrampilan ditiga rumah belajar.

Kegiatannya dalam pencapaian hasil adalah:

  1. Peningkatan prasarana pendukung pembelajaran
  2. Pembelajaran intensif ketrampilan pada peserta belajar.
  3. Monitoring dan evaluasi
  4. Peningkatan kapasitas tutor
  5. Penyusunan sistem pembelajaran
  6. Forum tutor bulanan

Terbangunnya kesadaran dan peningkatan pemahaman orang tua serta masyarakat mengenai pentingnya pendidikan anak.

Sampai saat ini anak-anak bisa berlanjut atau tidaknya mengikuti pembelajaran tidak lepas pula dari dukungan orang tua. Dari beberapa pengalaman dalam pendampingan anak-anak di Rumah belajar, faktor yang terberat adalah tidak adanya dukungan yang serius dari sebagian orang tua untuk mengikutsertakan dalam pendidikan. Seringkali anak-anak tidak masuk belajar, dikarenakan membantu orang tua, atau dibiarkan dirumah atau bermain daripada mengikuti belajar. Kondisi tersebut merupakan realitas yang sering di jumpai di wilayah Jakarta Utara.

Untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya upaya “Penyadaran” masyarakat, akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan terkait dengan kegiatan “Penyadaran” masyarakat adalah seperti sosialisasi pada orang tua melalui kegiatan parenting, sosialisasi kepada masyarakat, dan membangun kerjasama dengan Pemangku kepentingan yang lain supaya langkah-langkah untuk mewujudkan “kesadaran” masyarakat bisa tercapai.

Kegiatannya dalam pencapaian hasil adalah:

  1. Sosialisasi masyarakat tentang arti penting pendidikan.
  2. Kegiatan Parenting.

 

Adanya dukungan masyarakat terhadap program.

Agar komitmen masyarakat terus terbangun, perlu dilakukan kegiatan seperti Forum masyarakat penerima manfaaat program dan pemangku kepentingan lainnya dalam kegiatan FGD. Kegiatan FGD ini setidaknya bisa memberikan masukan secara lebih bagi perkembangan program.

Kegiatannya dalam pencapaian hasil adalah:

  1. Focus Group Discution dengan pemangku Kepentingan.
  2. Forum Bulanan Pengelola Kelas Jauh.
  3. Melakukan Jejaring dengan lembaga lain untuk mendukung keberlangsungan program.
  4. Memproduksi media kampanye/publikasi untuk membangun image postif perusahaan terkait dukungan program.
  5. Menyelenggarakan event publik untuk mempublikasi hasil karya anak-anak Rumah belajar.

Dengan demikian konsep dari program ini total lebih mengedepakan pada ketrampilan, terutama di Rumah belajar pusat, sedangkan untuk kelas jauh masih tetap pada pendekatan kesetaraan. Namun demikian tidak tertutup bagi anak-anak yang belajar di kelas jauh ingin memperdalam pembelajaran ketrampilan.

STRUKTUR KELEMBAGAAN PROGRAM

Untuk mendukung terlaksananya program Rumah Belajar, maka struktur kelembagaan mesti menjadi perhatian juga. Hal ini terkait pertanggungjawaban dalam pelaksanaan program. Oleh karena itu struktur yang mendukung terkait dengan kegiatan Rumah Belajar adalah sebagai berikut:

KELAS JAUH DAN KESETARAAN

Kelas jauh Rumbel menjadi salah satu strategi yang cukup efektif dalam merekrut penerima program dan mampu dengan efektif mengembangkan citra positif perusahaan. Sampai saat ini kelas jauh masih sangat dibutuhkan dan harus mampu dikembangkan lebih lanjut dengan mengembangkan jejaring untuk lebih berdaya.

Tahun 2017-2018 proses pengembangan kelas jauh lebih menitik beratkan perbaikan manajerial dan kualitas pembelajaran masyarakat dengan format pendidikan kesetaraan.