Sepedaku dan Masa Depan Anak-anak

Kebahagaian yang tak terkira, terpancar dari wajah Ibu Eeng, yang nama aslinya Siti Suhemi, saat menerima sepeda baru. Baginya, sepeda ini tidak hanya sekedar alat transportasi, akan tetapi juga masa depan anak-anak.

Sebagai pengelola kelas jauh “Warakas”, Tanjung Priok,  keberadaan sepeda ini sangat membantu bagi Ibu Eeng. Selama mengelola kelas jauh, perjuangan Ibu Eeng terbilang luar biasa. Ia tiap hari jumat hingga minggu selalu harus mendatangi ke rumah anak-anak satu persatu untuk mengikuti pembelajaran. Bukanlah hal yang mudah untuk mengajak anak-anak belajar di rumah belajar.  Bila mengingat latar belakang keluarga dari anak-anak tersebut, rata-rata berasal dari keluarga tidak mampu dan tinggal di kolong tol.  Kebanyakan anak-anak tersebut membantu orang tuanya menjadi pemulung, guna membantu ekonomi keluarganya.

Setiap menjelang pembelajaran, Ibu Eeng harus berjalan kaki mencari anak-anak yang sudah terdaftar di kelas jauh “Warakas” untuk mengikuti pembelajaran. Ia berjalan di tengah terik matahari dari Kolong Tol Papanggo hingga di jalan bahari 1.  Itu dilakukan demi mendorong anak-anak untuk bisa mendapatkan kesempatan belajar. Sebagai pengelola dan sekaligus pengajar di Kelas Jauh “warakas” hal tersebut dilakukan dengan semangat tinggi, tanpa mengeluh meski dengan keterbatasan yang Ia miliki.

Mengajar di kelas jauh “warakas” adalah panggilan hati, serta kepeduliannya terhadap nasib anak-anak putus sekolah di tanjung priok.  Sebagai orang yang belatar belakang sebagai guru dengan penghasilan pas-pasan, tidak pernah menyurutkannya untuk selalu memperjuangkan nasib anak-anak agar bisa mendapatkan pendidikan. Menurut Ibu Eeng, “kebahagian tertinggi adalah saat melihat anak-anak dari keluarga pemulung bisa belajar kembali” katanya dengan penuh semangat.

Sepeda Kepedulian

Berangkat dari semangat yang luar biasa dari Ibu Eeng, dalam memperjuangkan hak anak untuk mendapatkan pendidikan, maka munculah sebuah ide dari Pendamping Rumah belajar Tanjung Priok untuk membantu Ibu Eeng.

Gagasan itu muncul sebagai bentuk nyata dalam kepedulian terhadap Ibu Eeng yang sudah berjuang dalam mempejuangkan hak anak untuk mendapatkan pendidikan. Menurut Syarif, pendamping Rumah Belajar Tanjung Priok, “Semangat Ibu Eeng menginspirasi bagi kami yang muda-muda untuk senantiasa menyebarkan semangat kepedulian antar sesama”, katanya. Lebih lanjut, Syarif juga menjelaskan kepedulian yang kami wujudkan kepada Ibu Eeng adalah dengan pembelian Sepeda. Menurut penjelasannya lagi, “Sepeda ini merupakan hasil patungan bersama antara pendamping, rumbel Priok, Bapak Mustakim dari JICT, serta dari Ibu Eeng sendiri. Semua itu terwujud karena ada rasa gotong royong dalam rangka memudahkan pekerjaan Ibu Eeng, agar lebih semangat dalam mengajak anak-anak untuk belajar”.

“Kami berharap, bahwa sepeda ini bisa menjadi sebeda harapan bagi Ibu Eeng ditengah keterbatasnnya, serta sepeda masa depan anak-anak putus sekolah di Tanjungpriok, untuk mendapatkan pendidikannya”, kata Nurfajriyah, sebagai pendamping Rumah belajar Tanjung Priok menimpali.