Ibu Rumiyati, Penyelamat bagi anak Putus Sekolah di KebonBawang, TanjungPriok

Kecerian anak-anak yang sedang bermain ternyata tidak mengganggu aktivitas Ibu Rumiyati (53) dalam menjalani aktifitas sehari-hari. Ibu yang memiliki empat anak ini, adalah tipe pekerja sosial yang tiada pernah bisa berhenti beraktifitas. Bahkan berinteraksi dengan anak-anak adalah keseharian dari Ibu Rumiyati.  Meskipun dengan jabatan sebagai ketua RT, Ia tetap menjadikan dirinya sebagai orang yang bekerja bukan di dibalik ‘meja’, namun lebih senang turun dan berinteraksi dilapangan, tanpa harus memerintah atau meminta tolong kepada orang lain. Semua dikerjakan secara mandiri. Itulah gambaran dari seorang Ibu yang bertempat tinggal di Kelurahan Kebun Bawang.
Tiap hari bersama ibu  Harti, yang menjadi patnernya, ia selalu mencari anak-anak putus sekolah di sekitar rumahnya untuk diajak belajar.  Baginya, merupakan kebahagiaan ketika bisa mengajak anak-anak mau untuk belajar di Rumah belajar “Grahadika” Kebun Bawang.  Bu Rum, panggilan kesehariannya, menyatakan “mereka adalah anak-anak yang memiliki harapan masa depan yang lebih baik, sehingga menjadi tugas kita untuk mewujudkan harapan itu” katanya dengan harapan penuh semangat.
Berdasarkan cerita dari Bu Rum, Kelas Jauh “Grahadika” Kebun Bawang, merupakan kelas jauh dalam pengampuan Rumah Belajar JICT  Tanjung Priok, dan didirikan pada tahun 2012. Proses pembentukan diawali dengan pendekatan ke warga, serta melakukan kunjungan dari rumah ke rumah untuk mensosialisasikan keberadaan kelas jauh “Grahadika”. Bukanlah yang mudah baginya melakukan perekrutan anak-anak untuk mengikuti belajar di Rumah Belajar. Perlu adanya upaya untuk meyakinkan anak-anak agar mau dan ikut belajar. Sebab, saat dikunjungi dari orang tuanya banyak yang setuju dan anaknya juga mau mengikuti untuk belajar, namun saat pelaksanaan tidak banyak anak yang mau bergabung dalam pembelajaran. Kondisi tersebut tidak memupuskan semangat dari Ibu Rum.
Saat ini keberadaan dari Kelas jauh “Grahadika” sudah lebih baik dibandingkan dahulu. Menempati gedung PAUD, proses pembelajaran bagi anak-anak ini berlangsung tiga hari, mulai hari Senin-rabu, tiap malam pukul 19.30 WIB.  Kebanyakan, anak-anak yang mendaftar di kelas jauh Grahadika adalah dari keluarga miskin, dengan pekerjaan sebagai pemulung, PRT, buruh.
Keseriusan Ibu Rumiyati dalam mengelola kelas jauh Grahadika tentunya tidak diragukan lagi, keseriusannya itu juga dengan diwujudkan dengan menyekolahkan anaknya ditempat ini hingga selesai. Bahkan saat ini sudah melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Banyak anak-anak lulusan kelas jauh “Grahadika” yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.  Baginya mendampingi anak-anak putus sekolah sebagai upaya untuk memulihkan kembali hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang sempat hilang. Mendampingi anak-anak tidak bisa dihitung secara angka, sebab, satu orang anak yang terenggut haknya untuk mendapatkan pendidikan, perlu diselematkan.
Ibu Rum memiliki pandangan bahwa keterbatasan biaya, serta tempat belajar yang masih pinjam, tidak pernah menyurutkan niatnya dalam menyelamatkan anak-anak untuk mendapatkan hak pendidikan. Baginya, pendidikan bagi anak-anak adalah hal yang terpenting, oleh karena itu jangan biarkan anak-anak untuk tidak menikmati pendidikan, tegasnya menutup pembicaraannya.